Thursday 22 November 2012

IT Analisis Pemerintahan Daerah



1.            Balanced scorecard memungkinkan suatu organisasi sektor publik untuk menyesuaikan proses manajemennya dan memfokuskan organisasi keseluruhan pada implementasi strategi jangka panjang. Balanced scorecard memberikan kerangka untuk pengaturan implementasi strategi selain juga memungkinkan pasar kompetitif perusahaan dan lingkungan teknologi.
Konsep pengukuran dengan menggunakan balanced scorecard tidak hanya menggabungkan dari pengukuran-pengukuran tersebut, melainkan merupakan hasil dari proses atas bawah berdasarkan misi dan strategi suatu tujuan dan usaha suatu unit usaha tertentu. Misi dan strategi tersebut diterjemahkan dalam suatu tujuan dan pengukuran yang lebih nyata, tidak hanya mengukur hasil akhir saja melainkan juga aktivitas penentu dari hasil akhir itu sendiri. Berbagai kelemahan yang dimiliki oleh system pengukuran tradisional serta adanya metode pengukuran kinerja yang baru yaitu Balance Scorecard yang dipandang memiliki keunggulan mendorong untuk melakukan penelitian terhadap sistem pengukuran kinerja.

2.             Pengukuran  Kinerja Dengan Menggunakan Value For Money
Value for money merupakan inti pengukuran kinerja pada organisasi pemerintah dan sektor publik. Kinerja pemerintah tidak dapat dinilai dari sisi output yang dihasilkan semata, akan tetapi secara terintegrasi harus mempertimbangkan input, output, dan outcome secara bersama-sama.
      Permasalahan yang sering muncul adalah sulitnya mengukur output karena output yang dihasilkan pemerintah tidak selalu berupa output yang berwujud (tangible output), tetapi kebanyakan juga bersifat output tidak berwujud (intangible output). Ukuran kinerja pada dasarnya berbeda dengan indikator kinerja. Perbedaan antara ukuran kinerja dengan indikator kinerja adalah:
·         Ukuran kinerja, Umumnya mengacu pada penilaian kinerja secara langsung, misalnya: laporan keuangan pemerintah.
·         Indikator kinerja, Mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung, yaitu hal-hal yang sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi kinerja.
Mekanisme penentuan indikator kinerja membutuhkan:
        a.       Sistem perencanaan dan pengendalian. Meliputi proses, prosedur, dan struktur yang memberi jaminan bahwa tujuan organisasi telah dijelaskan dan dikomunikasikan keseluruh bagian organisasi dengan menggunakan rantai komando.
b.       Spesifikasi teknis dan standarisasi. Spesifikasi ini digunakan sebagai ukuran kinerja kegiatan, program dan organisasi.
c.       Kompetensi teknis dan profesionalisme. Personil yang memiliki kompetensi dan professional merupakan jaminan dukungan dalam pekerjaan.
d.       Mekanisme ekonomi dan mekanisme pasar. Mekanisme ekonomi terkait dengan pemberian reward dan punishment yang bersifat finansial.
e.       Sedangkan mekanisme pasar terkait dengan penggunaan sumber daya. Mekanisme ini digunakan untuk memperbaiki kinerja personil dan organisasi.
3.             Bagi karyawan, kompensasi dalam bentuk riil seperti kompensasi dasar maupun kompensasi variabel adalah penting, sebab dengan kompensasi ini mereka dapat memenuhi kebutuhannya secara langsung, terutama kebutuhan fisiologisnya. Namun demikian, tentunya karyawan juga berharap agar kompensasi yang diterimanya sesuai dengan penilaiannya terhadap pengorbanan yang telah diberikan kepada kelompoknya maupun kepada perusahaan. Karyawan juga berharap agar kompensasi yang diterimanya sebanding dengan yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan lainnya, yang menurut pendapatnya karyawan lain tersebut mempunyai kemampuan dan kinerja yang sama dengan dirinya.
       Apabila harapan karyawan mengenai kompensasi yang demikian dapat diwujudkan oleh perusahaan, maka karyawan akan merasa diperlakukan secara adil oleh perusahaan. Rasa keadilan dapat membuat karyawan menjadi puas terhadap kompensasi yang diterimanya. Sebaliknya, pihak perusahaan juga berharap bahwa kepuasan yang dirasakan oleh karyawan akan mampu memotivasi karyawan tersebut untuk meningkatkan kinerjanya, sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Apabila hal ini dapat terwujud, sebenarnya bukan hanya tujuan perusahaan yang tercapai, namun kebutuhan karyawan juga akan terpenuhi.

4.          Pengukuran Value for Money, yaitu:
      1. Pengukuran Ekonomi
      2. Pengukuran Efisiensi
      3. Pengukuran Efektivitas
      4. Pengukuran Outcome

Untuk lebih jelasnya berikut penjelasan mengenai langkah – langkah pengukuran Value for Money:
Pengukuran Ekonomi
Pengukuran efektivitas hanya memperhatikan keluaran yang didapat, sedangkan pengukuran ekonomi hanya mempertimbangkan masukan yang dipergunakan. Ekonomi merupakan ukuran relatif.

Pengukuran Efisiensi
Efisiensi merupakan hal penting dari tiga pokok bahasan Value for Money. Efisiensi diukur dengan rasio antara output dengan input. Semakin besar output dibanding input, maka semakin tinggi tingkat efisiensi suatu organisasi. Dalam pengukuran kinerja Value for Money, efisiensi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a.   Efisiensi alokasi, merupakan alokasi yang terkait dengan kemampuan untuk mendayagunakan
      sumber daya input pada tingkat kapasitas optimal.
b.   Efisiensi teknis (manajerial), merupaka efisiensi yang terkait dengan kemampuan mendayagunakan          sumber daya input pada tingkatan output tertentu.

Pengukuran Efektivitas
Efektivitas merupakan ukuran berhasil atau tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi berhasil mencapai tujuanya, maka oragnisasi tersebut dikatakan telah berjalan dengan efektif. Hal terpenting adalah bahwa efektivitas tidak menyatakan tentang berapa besar biaya yang telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut. Biaya boleh melebihi dari yang telah dianggarkan, bisa juga dua kali lebih besar dari apa yang telah dianggarkan. Efektivitas hanya melihat apakah suatu program atau kegiatan telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Pengukuran Outcome
Outcome adalah dampak suatu program atau proyek terhadap masyarakat. Outcome lebih tinggi nilainya daripada output, karena output hanya mengukur hasil tanpa mengukur dampaknya terhadap masyarakat, sedangkan outcome mengukur kualitas output dan dampak yang dihasilkan.

5.             Kinerja karyawan dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain :
·         Motivasi
·         Kemampuan
·         Pengetahuan
·         Keahlian
·         Pendidikan
·         Pengalaman
·         Pelatihan
·         Minat
·         Sikap kepribadian kondisi-kondisi fisik dan kebutuhan fisiologis
·         Kebutuhan sosial

No comments:

Post a Comment